Episode 9
Prestasi Ragaku
Karakter Jiwaku
‘Sekolah Sehat’
Semakin sadarnya
manusia karena efek globalisasi, mereka mulai sadar akan pentingnya alam di
dunia ini, termasuk warga Indonesia. Dalam pemenuhan hal tersebut, Mungkin
sekarang kita sering mendengar adanya lomba-lomba tentang alam di beberapa
daerah di Indonesia termasuk daerah Serpong. Nah, salah satu yang menjadi
sorotan adalah SDIT AULADY sebagai Sekolah Dasar Tersehat Nasional.
Kepala
Sekolah SDIT AULADY menjadi bintang tamu dalam ‘Prestasi Ragaku Karakter Jiwaku’
episode ke-9. Untuk menjadi sekolah yang bersih, tentunya dimulai dari warga
sekolah sendiri. Siswa di SDIT AULADY bias berharmoni bersama temannya,
menghargai membuang sampah, menghargai pentingnya mengantri. Hughes sendiri
saat menjadi Host kali ini mengatakan bahwa untuk melakukan hal itu, harus
dibangun emosional dari kreasi-kreasi baru.
Moch.
Ilham, Kepala Sekolah SDIT, mengatakan bahwa sekolah tersebut relative untuk
disebut dengan mewah dan kebersihan dijadikan sebagai kebiasaan dalam sekolah
tersebut. Dan TRIAS UKS yang menjadi landasan program kerja. “Kita mempunyai
program dokter kecil dan mempunyai bantuan dari Puskesmas untuk melatih
dokter-dokter kecil, seperti P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan P3P
(Pertolongan Pertama Pada Penyakit), serta sanitasinya. “
Saat
Hughes menanyakan pada Moch. Ilham, tentang ketertarikan juri Sekolah Tersehat
Nasional, ternyata dari SDIT AULADY semua juri tertarik pada semua sisi, dan
yang paling menarik adalah sumur resapan “ . “Akhirnya kita harus mempersiapkan
anak-anak ini untuk sesuatu yang signifikan, ajarkan anak untuk mengetahui
proses” tambah Era Soekamto sebagai Budayawan. Moch. Ilham mengatakan bahwa
prinsip dasarnya menang bukanlah menjadi tujuan tapi dijadikan momen untuk
memotivasi anak kami.
“Nah,
sementara, jika anak satu melakukan hal itu apakah nantinya akan tertular atau
tidak? ” Hughes menanyakan pada Moch. Ilham sebagai Kepala Sekolah SD yang
menyandang sekolah tersehat nasional itu. “Pastinya iya, seperti kita membuat
program, kemarin kita bermitra dengan pihak swasta salah satu programnya adalah
cuci tangan memakai sabun dan ini kita padukan yang ada di rumah, ketika anak
di sekolah, ketika adank di rumah, akan melakukan tradisi cuci tangan tadi “
jawab Moch. Ilham.
“Menarik
ya mbak, kalau kita ke Singapura, kita akan melihat bagaimana kita tiba-tiba
menjadi orang yang tertib dan bersih, saat kita kembali ke Indonesia, kita
kembali lagi membuang sampah sembarangan, dan kita ‘maaf’ meludah sembarangan,
tapi kan kita punya budaya, semetara mereka tidak punya kebudayaan yang khas “
ucap Hughes pada Eka Soekamto. “Memang saya dulu pernah punya murid-murid di
fashion industry, saya mengajak mereka ke relief Candi. Tadinya Cuma foto-foto,
akhirnya mereka tahu, oh, ini cara ngebuatnya gini, oh motifnya dari ini, pada
saat mereka tahu, budaya prosesnya itu, oh akhirnya mereka itu menghargai
betapa sulitnya, betapa dalamnya ‘reason’ alas alas an pembuatannya itu,
bagaimana impasnya terhadap alam sekitar. Jadi, pada saat proses itu berjalan,
akhirnya dia itu jadi paham, karena paham itu mereka tidak akan sembarangan
lagi.
Merutu
Eka Soekamto, pola hidup bersih dan sehat itu sebagai artian pada pola
syariatnya yaitu kebersihan secara jasmani dan rohani serta roh yang sehat tapi
rohaninya itu betul-betul mengerti tentang prosesnya.
Dalam
hal memperkenalkan budaya proses pada siswa-siswa SDIT AULADY, Moch. Ilham
mengatakan bahwa mereka melakukannya dari proses kebiasaanya karena dari
kebiasaan akan berubah menjadi perilaku, jadi seperti setelah selesai dari BAB
dan BAK atau bermain mereka harus cuci tangan dahulu. Lalu
pembiasaan-pembiasaan itu kita tahu dari guru-guru mereka. Dan Saat Hughes
menegaskan apakah kebiasaan-kebiasaan itu apakah dari doktrin atau tidak,
ternyata dalam prakteknya, Moch. Ilham menjawab bahwa hal itu berasal dari
kesadaran.
Salah
satu siswa dari SD AULADY, mengatakan bahwa di sekolahnya, kebiasaan kebersihan
sering dilakukan. “ Salah satunya dengan cuci tangan dengan air yang mengalir,
tidak membuang sampah sembarangan dan mengolah sampah-sampah, memberantas
jentik”. Lalu Guru Wali salah satu murid mengatakan bahwa anak merek, ada
perubahan, lebih maju karena mereka diajak di sekolah, dirumah juga walaupun orang
tua sudah mendidik kebiasaan itu di rumah.
Hughes
menyatakan, “ Ya tercapailah tugas-tugas kita. Menciptakan itu mudah, tapi
menjaga tetap berjalan itu yang sulit. Lalu bagaimana pak, agar hal ini to
state? ” . “prinsip dasar kami tidaklah menang lomba ini sebagai tujuan, tapi
kami jadikan sebagai momen, momen untuk memotivasi anak-anak kami. Kami didik hidup
bersih di sekolah untuk bias berperilaku sehat “ jawab Moch. Ilham.
“
Jadi kemenangan dari sekolah AULADY ini bukan akhir dari semuanya tapi seperti
yang disampaikan, ini adalah awal menikmati proses-proses berikutnya. Semoga
saja apa yang dilakukan Pak Ilham di sekolahnya bias menginspirasi sekolah lain
untuk melakukan hal yang sama / lebih, novasi kan berjalan terus dan
pergerakannya sangat hebat” ujar Hughes. “Utnuk Mbak Eka, inspirasi dari budaya
dengan proses-prosesnya yang diajarkan pada anak-anak untuk menikmati proses,
terima kasih lho…” tambah Hughes.
Dan
sepertinya hal ini membuat kita, murid SMKN 1 Kediri malu, mereka yang anak SD
aja mau bermain kotor melakukan pengolahan sampah, sedangkan kita yang sudah
SMK aja terbiasa membuang sampah plastik di kolong meja.
0 komentar:
Posting Komentar